INTERFERENSI BAHASA MELAYU TERHADAP BAHASA INDONESIA (Analisis Fonologi, Morfologi, Sintaksis pada Pola Komunikasi Mahasiswa di UIN Sultan Syarif Kasim Riau)

Aninditya Sri Nugraheni, Nisa Syuhda
2019 Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa  
This study aims to describe the process of interference ofMalay language on the Indonesian language;the analysis of phonology, morphology, and syntaxonthe students" communication patterns at UIN Sultan Syarif Kasim, Riau. This is a field research study. The research was conducted on students majoring in Ibtidaiyah Madrasah Teacher Education at UIN Sultan Syarif Kasim by taking students" communication patterns.Having takentheir communication pattern, the students are interviewed repeatedly to
more » ... ntify Malay language interference. In this case, there are several interferences found: Interference in the phonology and lexical field, which are divided into noun word class, verb word class, adjective word class, and pronoun word class.Interference in the grammatical field comprises interference in the field of morphology and syntax. Interference in the field of morphology includes affixation and repetition. The last, interference in the syntactic fieldinvolves the use of particles and phrase construction patterns. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses interferensi bahasa Melayu terhadap bahasa Indonesia; analisis fonologi, morfologi, dan sintaksis, pada pola komunikasi mahasiswa di UIN Sultan Syarif Kasim, Riau. Penelitian ini termasuk jenis field Research. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di UIN Sultan Syarif Kasim dengan cara mengambil pola komunikasi mahasiswa. Setelah mendapatkan pola komunikasi mereka, kemudian para mahasiswa secara berulang-ulang diwawancarai untuk mengidentifikasi adanya interferensi bahasa Melayu. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa interferensi diantaranya: Interferensi dalam bidang fonologi dan interferensi dalam bidang leksikal yang terbagi atas kelas kata nomina, kelas kata verba, kelas kata adjektiva, dan kelas kata pronomina. Interferensi dalam bidang gramatikal yang meliputi interferensi dalam bidang morfologi, dan sintaksis. Interferensi dalam bidang Lingua Didaktika | Volume 13 No 1, 2019 12 P-ISSN: 1979-0457 morfologi meliputi afiksasi dan perulangan dan interferensi dalam bidang sintaksis, meliputi penggunaan kata tugas, dan pola konstruksi frase. Kata kunci: Interferensi, Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Bahasa Melayu A. PENDAHULUAN Bahasa Indonesia menurut sejarahnya adalah varian dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sunda-Sulawesi yang digunakan sebagai lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara sejak abad awal penanggalan modern. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta semakin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa dan antarkerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Collins, 2005: 22). Di tengah-tengah populernya bahasa Melayu, yang kemudian dideklarasikan secara resmi sebagai bahasa Nasional dan Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan sekarang berubah menjadi Bahasa Indonesia. Di berbagai daerah lain di Nusantara juga populer menggunakan bahasa daerah masing-masing sebagai alat pemersatu antar etnis atau kelompok pemakai bahasa tersebut. Hal ini yang memicu terjadinya gejala interferensi bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia. Perubahanperubahan pun terjadi secara evolutif tanpa disengaja. Interferensi tersebut membawa dampak yang kurang baik terhadap penggunaan bahasa Indonesia bagi masyarakat, sehingga tidak jarang dijumpai adanya kesalahan tutur (Murcahyanto, 2014:2) Pada penelitian Satrio Rachmazan disebutkan bahwasannya masyarakat Riau masih mempertahankan bahasa Melayu yang dilakukan bersama pemangku kepentingan untuk membenahi kondisi budaya (bahasa) Melayu di kota Pekanbaru. Selanjutnya, pada penelitian Stanislaus Hermaditoyo disebutkaninterferensi morfologi terjadi pada proses pembentukan kata yang berasal dari kata dasar bahasa Indonesia diberi imbuhan bahasa Manggarai timur maupun sebaliknya. Interferensi sintaksis terjadi pada struktur kalimat aktif dan penggunaan kata ganti ganti milik. Pada penelitian Any Budiarti dijelaskan terdapat tiga bentuk interferensi, yaitu morfologis, sintaksis, dan semantik. Interferensi morfologis meliputi pengurangan fungsi morfem infleksi dalam pembentukan verba untuk orang ketiga tunggal, penjamakan dan hubungan milik. Interferensi sintaksis meliputi keterbalikan pola susun frasa bahasa Inggris, paralelisasi, ketidakhadiran artikel, ketidakhadiran to be, dan ketidakapikan struktur kalimat pasif. Intereferensi semantik terdapat pada semantik penambahan dan penggantian. Berikutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Retno Hendrastuti disebutkan bahwa pemakaian bahasa Indonesia juga diwarnai interferensi bahasa gaul. Bahasa gaulmerupakan dialek bahasa Indonesia non-formal terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan benar. Dewasa ini kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah sesuatu yang harus dikuasai, terkhususnya adalah pada masyarakat akademik. Namun kurangnya perhatian khusus terhadap kemampuan berbahasa Indonesia membuat
doi:10.24036/ld.v13i1.102405 fatcat:ww4qfjxhhzczbn67kx6crofvsq