KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN HABITAT CACING NIPAH Namalycatis rhodochorde (POLYCHAETA: NEREIDIDAE: NAMANEREIDIDAE) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE ESTUARIA SEI KAKAP KALIMANTAN BARAT
J Sains, Mipa
2008
Agustus
unpublished
Namalycastis rhodochorde is a new species polychaete of infaunal Sei Kakap estuarine habitats. The studied were done by hand collecting methods from May-October 2007 in Sei Kakap mangrove forest. The result has collected 45 individual (43 female and 2 male) which consist of 31 (68.89%) immature and 14 (31.11%) mature individual. The body length and weight of each individual was between 22.2-149.3 cm and 1.45-63.74 g respectively. The habitat was characterized by muddy-clay, low salinity and
more »
... organic carbon content. 1. Pendahuluan Estuaria merupakan ekosistem yang dinamis, kondisi fisik dan kimia yang cepat berubah membutuhkan adanya strategi adaptasi spesifik bagi semua organisme yang hidup di dalamnya. Kandungan bahan organik tinggi, perubahan salinitas, suhu dan oksigen adalah beberapa contoh karakteristik lingkungan estuaria. Tumbuhan dan hewan tertentu saja yang mampu hidup dalam kondisi tersebut antara lain mangrove dan cacing polychaeta. Estuaria menjadi habitat beberapa polychaeta karena kemampuannya hidup pada kondisi salinitas yang lebar (euryhalin) dan berubah-ubah 1). Polychaeta dapat cepat merespon pertambahan bahan organik dan suhu timggi, selain itu juga mampu hidup pada kondisi oksigen rendah 2). Cacing yang umum dijumpai di habitat estuaria dalah famili Nereididae yang hidup membenahkan diri dalam lumpur (infauna). Pada rantai makanan di estuaria, polychaeta dapat berperan sebagai pakan alami ikan dan udang 3; 4). Sei Kakap yang merupakan bagian dari estuaria Sungai Kapuas memiliki hutan mangrove yang didominasi oleh tumbuhan nipah (Nypa sp.) yang menjadi habitat salah satu anggota Nereididae yaitu cacing nipah (5). Kondisi hutan mangrove nipah di wilayah ini mulai dikonversi menjadi pemukiman, pergudangan dan telekomunikasi. Hilangnya tumbuhan nipah yang merupakan habitat spesifik cacing nipah akan berdampak pada keberlanjutan populasi cacing nipah. Pemanfaatan cacing ini oleh masyarakat Pontianak dan sekitarnya sebagai umpan pancing juga akan menjadi faktor pemicu penurunan populasinya. Cacing ini memiliki harga jual yang relatif tinggi di pasar tradisional mendorong banyaknya penggalian di alam. Harga cacing nipah hidup berkisar antara Rp. 6.000-25.000 per ekor dengan berat antara 5-50 gram. N. rhodochorde yang ditemukan di hutan mangrove Sei Kakap termasuk spsies baru 6) , oleh sebab itu potensinya ini belum banyak diketahui. Aspek-aspek biologi cacing ini juga masih belum banyak diungkap. Penelitian ini mencoba mengetahui karakteristik morfologi dan habitat cacing nipah. Informasi ini diharapkan dapat menjadi data awal untuk mengetahui aspek-aspek biologi cacing nipah secara lengkap.
fatcat:6f2cpcxeabggdhkqm6syiuv3nq