POLIGAMI IBNU ASYUR DALAM KITAB Al-TAHRIR WA Al-TANWIR

Nani Haryati, Pascasarjana Uin, Sunan Kalijaga, Yogyakarta
unpublished
Abstrak Beberapa ayat al-Qur'an diposisikan untuk melegitimasi pendapat-pendapat di antara kaum tekstualis dan kontekstualis.Al-Qur'an dituntut memiliki fleksibilitas yang memadai agar ia tidak kehilangan daya jangkaunya, baik dalam fungsinya sebagai social controlmaupun dalam batas-batas tertentu sebagai social engineering.Persoalan poligami merupakan contoh nyata betapa antara teks kitab suci, penafsiran terhadapnya, dan konteks sosial yang melingkupi, sering terjadi benturan-benturan dan
more » ... gangan sehingga membutuhkan segala upaya intelektual dan metodologi penafsiran yang relevan. Dengan metodologi yang sesuai, al-Qur'an baru dapat diajak berdialog dalam suasana bagaimanapun dan dimanapun. Artikel ini membahas bagaimana penafsiran poligami Ibnu Asyur dalam kitab Al-Tahrir wa al-Tanwir, lahir dalam konteks sosial politik di Tunisia. Juga akan meninjau penafsiran poligaminya melalui sudut pandang historis Ibnu Asyur yang notabene nya sebagai ulama bermazhab sunni dan tokoh penggerak nasionalisme di Tunisia. Kata kunci: Teks dan Konteks, penafsiran, poligami, al-tahrir wa al-tanwir A. Pendahuluan Poligami baik secara diskursus maupun praktek selalu menjadi perbincangan yang kontroversif dan kontradiktif. Sebagian kalangan menganggapnya sebagai symbol patriarkhal dan marginalisasi kaum perempuan. Sementara di sisi lain poligami dianggap sebagai bagian dari ekspresi keimanan, bahkan merupakan salah satu hak asasi yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun. Poligami diartikan sebagai perkawinan yanglebih dari satu, tetapi disertai dengan sebuah batasan, yaitu diperbolehkan hanya sampai empat orang wanita karena ada
fatcat:5q5anzw6qfexvn7a6ilbemyj4u