INITIAL RETURN: PERBEDAAN SAHAM SYARIAH DAN NON SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA

Renny Wulandari
2016 Akuntabilitas  
This research is based on the phenomenon initial public offering, initial return. The purpose of this paper is to find empirical evidence about the influence of stock offering percentage, offer size, profitability, firm size, IPO risk, financial leverage and liquidity, between syari'a stock and non syari'a stock in the Indonesian Stock Exchange. This research use Regression Model and Chow Test to test the hypothesis which has developed. The result showed variable IPO risk have positive effect
more » ... initial return of syari'a stock and variable financial leverage and current ratio have positive effect on initial return of non syrai'a stock. Conclusion of this research showed that there were different factors that influenced initial return between syari'a stock and non syari'a stock. Contibutions for future studies should use other predictor variables and append observation years to get much sample for the research. Keywords: Syari'a and non Syari'a Stocks, (Initial Public Offering) IPO, Initial return ABSTRAK: Penelitian ini didasarkan pada fenomena penawaran umum perdana , initial return . Tujuan dari makalah ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh persentase penawaran saham , menawarkan ukuran, profitabilitas , ukuran perusahaan , risiko IPO , leverage keuangan dan likuiditas , antara saham syari'a dan saham non syari'a di Bursa Efek Indonesia . Penelitian ini menggunakan Model Regresi dan Chow Test untuk menguji hipotesis yang telah dikembangkan . Hasil penelitian menunjukkan risiko variabel IPO memiliki efek positif pada pengembalian awal saham syari'a dan variabel leverage keuangan dan rasio lancar berpengaruh positif pada pengembalian awal saham non syrai'a . Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada faktor yang berbeda yang mempengaruhi initial return antara saham syari'a dan saham non syari'a . Iuran untuk studi di masa depan harus menggunakan variabel prediktor lain dan menambahkan pengamatan tahun untuk mendapatkan banyak sampel untuk penelitian . Kata kunci: Saham Syariah dan Non Syariah, (Initial Public Offering) IPO, Initial return * Draft pertama: 15 Januari 2014; Revisi: 10 Februari 2014; Diterima: 12 Maret 2014 Penulis dapat dikontak melalui: renny.wulandari@yahoo.com Renny Wulandari: Initial Return: Perbedaan Saham Syariah ... 27 PENDAHULUAN Pemenuhan kebutuhan dana merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasinya. Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba yang ditahan perusahaan sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa utang maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau biasa dikenal dengan go public (Sunariyah, 2011). Dalam pasar modal tersebut usaha untuk mendapatkan dana dapat dilakukan dengan cara perusahaan mengeluarkan surat berharga atau saham yang baru dikeluarkan oleh perusahaan tersebut dijual pada pasar primer yang berupa initial public offering (IPO) atau penawaran perdana terhadap sahamnya atau dapat pula dengan cara menambah surat berharga baru jika perusahaan tersebut sudah going public. Selanjutnya surat berharga yang telah beredar diperdagangkan di pasar sekunder (Isfatun dan Hatta, 2010). Dalam perusahaan yang go public biasanya mengalami permasalahan, yaitu fenomena underpricing. Underpricing merupakan fenomena harga rendah yang terjadi karena penawaran perdana ke publik yang secara rerata murah (Hartono, 2010) . Hal ini sering diakibatkan adanya informasi yang asimetri antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi (model baron) atau antara investor yang informed dan uninformed (model Rock) (Isfaatun dan Hatta, 2010). Fenomena underpricing merupakan fenomena yang umum di dunia, tanpa terkecuali di Indonesia. Pengamatan terhadap aktivitas IPO (initial public offering) di bursa efek Indonesia selama tahun 1990-2008 menunjukkan bahwa telah terjadi fenomena underpricing yang signifikan (Arifin, 2007). Dalam Arifin (2007) fenomena underpricing didokumentasikan sebelumnya oleh Ibbotson (1975) . Dengan menggunakan data di pasar modal Amerika Serikat tahun 1960 -1969 , Ibbotson (1975 menemukan rata-rata underpricing sebesar 11,4%. Namun pada penelitian terbaru yang dilakukan Ibbotson et al. (1993) yang menemukan rata-rata underpricing sebesar 15,3% pada periode tahun 1960-1992. Menurut Sembel (1996, fenomena underpricing ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga di pasar modal di luar Amerika Serikat. Pada tahun 2006-2012 tercatat ada 138 perusahaan melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, 117 perusahaan diantaranya mengalami underpricing dan 18 perusahaan lainnya mengalami overpricing atau dapat dikatakan 98.662% perusahaan yang go public sejak tahun 2006 hingga 2012 mengalami underpricing dengan rata-rata underpricing per tahun mencapai 35.904%. Untuk lebih memudahkan, berikut ini disajikan tingkat underpricing yang terjadi pada tahun 2006-2012. Banyak variabel yang mempengaruhi underpricing pada saat perusahaan melakukan initial public offering (IPO) di pasar modal. Mengetahui faktor yang mempengaruhi underpricing akan dapat menghindarkan perusahaan yang akan go public terhadap kerugian karena underestimate atas nilai pasar sahamnya. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing telah dilakukan banyak penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh (Sulistio, 2005) yang menguji pengaruh akuntansi dan non akuntansi terhadap initial return sebagai proksi dari keputusan investasi pada perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Jakarta. Informasi akuntansi yang digunakan dalam penelitian meliputi ukuran perusahaan, earning per share, price earning ratio dan tingkat leverage. Informasi non akuntansi yang digunakan meliputi prosentase pemegang saham lama, reputasi auditor dan reputasi underwriter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
doi:10.15408/akt.v7i1.2644 fatcat:nbio3v4j2vapfizhvzz5cgssam