Evaluasi Ruang Terbuka Hijau di Kota Pekanbaru

Lis Noer Aini, Bambang Heri Isnawan, Endri Ridwan Saleh
2015 Planta Tropika Journal of Agro Science  
PENDAHULUAN Perkembangan kota sering menggeser keberadaan ruang publik, sehingga kuantitas dan kualitas ruang terbuka khususnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) saat ini mengalami penurunan yang sangat signifikan dan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang berdampak ke berbagai sendi kehidupan perkotaan antara lain sering terjadinya banjir, peningkatan pencemaran udara, dan menurunnya produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial
more » ... ran Menteri Pekerjaan Umum, 2010) . Secara sistem, RTH kota berfungsi menunjang keamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian alam. RTH kota pada umumnya terdiri dari ruang pergerakan linear atau koridor dan ruang pulau atau oasis (Hakim dan Utomo, 2002 cit. Nugroho, 2006. Menurut Bernatzky, 1978 cit. Nugroho (2006 suatu wilayah yang tidak memiliki RTH ABSTRAK Penelitian tentang evaluasi ruang terbuka hijau di kota Pekanbaru bertujuan untuk mengevaluasi ketersediaan (lokasi, luas dan jenis), bentuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Pekanbaru dan membuat model penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Evaluasi dilakukan untuk meningkatkan nilai fungsional dan estetika dari ruang terbuka hijau. Area yang dipilih sebagai bahan kajian adalah jalur hijau jalan di jalan utama, taman kota dan hutan kota yang ada di Kota Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survey melalui observasi, serta pengumpulan data primer dan sekunder. Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode purposive sedangkan pemilihan responden menggunakan accidental sampling dengan jumlah responden 72 orang. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunkana metode deskriptif dan spasial dilanjutkan dengan penataan ruang terbuka hijau untuk meningkatkan fungsi dan nilai estetika. Hasil penelitian menunjukan bahwa kota Pekanbaru hanya memiliki 4,35% ruang terbuka hijau publik dalam bentuk kawasan lindung (jalur hijau, taman kota, hutan kota), kuburan dan danau wisata. Kota Pekanbaru belum memiliki luas RTH publik sesuai UU Nomor 26 tahun 2007 minimal 20% dari luas wilayah dan RTRW Kota Pekanbaru minimal 49% dari luas wilayah. Model perencanaan jalur hijau jalan di Jl. Sukarno Hatta, Jl. Riau, Jl. Hang Tuah, Jl. Imam Munandar Jl. Subrantas, dan Jl. Tuanku Tambusai didasarkan pada kebutuhan jalan pada tanaman peneduh, penahan angin dan penyerap polusi. Model perencanaan hutan kota yang direncanakan adalah hutan kota rekreasi dengan penggabungan tanaman dan perkerasan. Model perencanaan taman persimpangan Jl. Subrantas didasarkan pada kebutuhan tanaman peneduh dan ruang untuk interaksi para pengguna pasar. ABSTRACT The research was conducted to evaluate the availability of open green area in Pekanbaru and to make the landscape model of green open area. This evaluation was needed to improve the functional and aesthetic value of green open area in Pakanbaru. The green areas were the main street of ring road, city park and forest. The research was carried out by using implementation methods of technical survey by observation, collective secondary and primary data. Election area was elected by purposive way and respondent method election done non-probability sampling technique that taking sample research by non-random way by 72 numbers of respondent. Data was analyzed by descriptive and spacial method, so continued by structuring of green open space to improve of develop functional value and aesthetic value in Pekanbaru. The research showed that the Pekanbaru City has 4,35% of green space in the shape of protecting areas, lake tours, and the grave till Pekanbaru City does not have wide green open space public as mandated by law no 26 year 2007 at least 20% from the areas spatial planning Pekanbaru, namely 49% of the area of Pekanbaru City. Planning model green lane road on Jl. Sukarno Hatta, Jl. Subrantas, Jl. Riau, Jl. Hang Tuah, Jl. Imam Munandar and Jl. Tuanku Tambusai based on the needs of the road to plant shade, windbreak and absorbing pollution. Planning Model urban forest planning was urban forest recreation by combining soft elements and hard elements. Planning model park junction Jl. Subrantas based on plant shade needs and space for the interaction for market users.
doi:10.18196/pt.2015.038.41-51 fatcat:xjmtk6equ5fo7fiv2qyp4otjxi