ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN KEBUMEN

Januaristie Rossan Vilayanti, Bambang Setia Budhi, Rini Widianingsih
2020 Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi  
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang terbentuk pada praktik akuntansi UKM. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data primer berupa hasil kuesioner dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada pelaku UKM di Kabupaten Kebumen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang memiliki Izin Usaha Industri (IUI) yang sekaligus terdaftar di Dinas Koperasi UMKM Sampel dari penelitian ini 78 UKM, diperoleh dengan
more » ... n teknik purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 3 faktor yang terbentuk dari analisis faktor. Faktor I diberi nama Faktor Pengetahuan dan Kepribadian, terdiri dari variabel pendidikan, pelatihan akuntansi, pemberian informasi praktik akuntansi, teknologi informasi, minat, motivasi dan kepribadian. Faktor II diberi nama Faktor Kegunaan, terdiri dai variabel cost benefit dan variabel tingkat persaingan. Faktor III diberi nama Faktor Kredit, terdiri dari satu variabel saja yakni variabel kredit. Dua variabel yakni variabel ukuran perusahaan dan umur usaha dikeluarkan karena memiliki nilai MSA < 0,5. ABSTRACT This study aims to determine the factors formed in the accounting practices of SMEs. This research is a quantitative study with primary data in questionnaires and interviews conducted by researchers with SMEs in Kebumen Regency. The population in this study were all Small and Medium Enterprises (SMEs) that had Industrial Business Permits (IUI), which were also registered at the SMEs Cooperative Office. The sample of this study was 78 SMEs, obtained using the purposive sampling technique. The analysis technique used is factor analysis. The results of this study indicate that there are three factors formed from factor analysis. The first factor is named the Knowledge and Personality Factors, consisting of the variables of education, accounting training, providing information on accounting practices, information technology, interests, motivation, and personality. The second factor is named the Usefulness Factor, consisting of the cost-benefit variable and the level of competition variable. Factor III is called Credit Factor, consisting of only one variable, namely the credit variable. Two variables, namely company size and age of business were excluded because they had an MSA value <0.5. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkesinambungan dari setiap bangsa (Moore et al., 2001) . Meskipun kecil dalam skala omzet, asset, dan pekerja, namun karena jumlahnya yang cukup banyak, peranan UMKM cukup penting dalam menunjang perekonomian suatu negara. Oleh sebab itu, saat ini pemerintah sedang gencar memaksimalkan potensi bisnis pada UMKM di berbagai daerah. Alasannya, semakin banyak wirausahawan yang ada di suatu negara atau daerah maka akan semakin baik dan kokohnya perekonomian di negara atau daerah tersebut karena sumber daya lokal, pekerja lokal, dan pembiayaan lokal dapat terserap dan bermanfaat secara optimal. Penelitian ini hanya menggunakan sampel berupa Usaha Kecil dan Menengah saja dengan alasan karena pada saat ini masih banyak sekali Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tidak menerapkan praktik akuntansi pada usahanya, apalagi dengan usaha mikro. UKM yang memiliki asset cukup besar pun masih banyak yang belum menerapkan praktik akuntansi, apalagi dengan usaha mikro yang memiliki asset kecil dan penjualan yang masih relatif kecil. Hal itu didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Gilbert Kwabena Amoako (2013) bahwa masih banyak usaha kecil dan menengah (UKM) yang tidak menerapkan praktik akuntansi dengan alasan utamanya adalah praktik akuntansi tidak membawa manfaat pada usahanya. Dalam menjalankan aktivitas usaha seringkali pengelola UKM merasa kesulitan dalam melakukan pencatatan terhadap apa yang terjadi pada operasional usahanya (Hidayat, 2008). Kesulitan itu menyangkut aktivitas dan penilaian atas hasil yang dicapai oleh setiap usaha. Apalagi jika harus dilakukan pengukuran dan penilaian atas aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usaha. Pencatatan dilakukan hanya dengan menghitung selisih antara uang masuk dengan uang yang keluar, tanpa melihat pengeluaran uang itu untuk atau dari alokasi kegiatan usaha ataupun non usaha. Seringkali dalam skala usaha kecil menengah hasil usaha dikatakan bagus jika pendapatan sekarang lebih tinggi dibanding dengan pendapatan sebelumnya. Padahal indikator dari keberhasilan tidak hanya diukur dari pendapatan saja, diperlukan pengukuran dan pengelompokan atas transaksi atau kegiatan yang terjadi serta pengikhtisaran transaksitransaksi tersebut. Informasi akuntansi sangat bermanfaat bagi UKM, karena merupakan alat yang digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan keputusan (Holmes dan Nicholls, 1988). Informasi akuntansi dapat digunakan untuk mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan yang sangat diperlukan oleh pihak manajemen dalam merumuskan berbagai keputusan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Selain itu informasi akuntansi juga berguna dalam rangka menyusun berbagai gambaran keuangan, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas di masa yang akan datang, mengontrol biaya, mengukur dan meningkatkan produktivitas dan memberikan dukungan terhadap proses produksi. Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki UMKM dengan jumlah yang cukup banyak. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kebumen menunjukkan jumlah UMKM di Kabupaten Kebumen sebanyak 43.132 buah. Sebagian besar dari UMKM tersebut telah memiliki izin usaha yang resmi. Terkait pelayanan ijin UMKM, berdasarkan data yang terdapat di situs resmi Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kebumen terdata menjadi daerah terbanyak yang mengajukan izin usaha, yakni sebanyak 8.954 UMKM. Hingga akhir Desember 2016 lalu, sebanyak 9.150 UMKM telah memiliki izin usaha. Berlawanan dengan hal itu, ternyata masih banyak pelaku usaha di Kabupaten Kebumen yang belum melakukan pencatatan. Padahal, pencatatan dibutuhkan untuk mengukur kinerja
doi:10.32424/jeba.v22i3.1637 fatcat:jhut2s3ywjcvllgqtr2f7t7sry