MAKNA SIMBOLIK ORNAMEN MASJID AL-ISLAM MUHAMMAD CHENG HO PALEMBANG

Sri Hastuti Heldani
2016 Gelar : Jurnal Seni Budaya  
Ornamen Masjid Al-islam Muhammad Cheng Ho Palembang merupakan budaya tradisi, dengan tiga kultur yang berbeda, Islam, Melayu Palembang dan Thionghoa, dengan metode penelitian menggunakan data kualitatif. Sumber data penelitian diperoleh dari sumber tertulis, karya, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumen (arsip). Proses analisis data menggunakan interaksi analisis data, hasil penelitian dapat di simpulkan keberadaan Masjid
more » ... Cheng Ho yang ada di Palembang merupakan masjid yang kelima dibangun oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang berada di palembang. Keberadaan masjid ini merupakan satu identis muslim Tionghoa yang ada di Palembang khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya, minoritas muslim Tionghoa di Indonesia, ada dan terus berkembang. Perjuangan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Provinsi Sumatera Selatan adalah mempersatukan Muslim Tionghoa secara utuh dan mempersatukan Muslim Tionghoa dengan kaum muslimin di Republik Indonesia dan dunia internasional secara global. Budaya ornamentasi yang terdapat pada masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho Palembang terlahir atas dorongan kebutuhan estetik yang berakar dari kebudayaan masyarakat muslim Tionghoa, bersama dengan pengetahuan budaya Islam dan tradisi masyarakat Melayu Palembang. Al-Quran dan Al-Hadist, merupakan ajaran Islam sebagai tuntunan untuk membangun sebuah masjid, bentuk yang menyerupai hewan, manusia tidak diperkenankan dalam bangunan masjid tetapi ada tiga unsur ornamen yang ada pada masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho Palembang, yaitu kebudayaan Islam, Thionghoa dan Palembang, bangunan masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho palembang, menjadikan budaya modern yang tidak menghilangkan tardisi, yang diterapkan dalam simbol-simbol ornamen masjid yang penuh makna dan filosofi dalam tuntunan ajaran agama Islam. Kata kunci: ornamen Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho Palembang.
doi:10.33153/glr.v13i2.1633 doaj:cbb94dfb456747ecacc616c674cccb7c fatcat:lnxaqrqlzfg63jhqlygypkf3li