INDONESIA DARURAT HOAKS?
Benni Setiawan
2018
Informasi
Editor in Chief Jurnal Informasi Berita bohong (hoaks) terus membanjiri kehidupan masyarakat Indonesia. Masyarakat seakan tak kuasa untuk melawan serbuan yang kian massif hoaks. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, dalam tiga tahun terakhir, rata-rata terdapat 800-an ribu konten hoaks. Angka tersebut setara dengan 2.250 perhari. Itu artinya ada 93 konten berisi berita bohong setiap jam, atau lebih dari satu konten setiap menit. Tingginya angka hoaks itu cukup meresahkan.
more »
... alagi di tengah masih rendahnya tingkat literasi media masyarakat. Masyarakat Indonesia masih belum memiliki budaya membaca yang kuat. Mereka masih mudah menerima apa saja yang ia dapatkan. Bahkan, kecenderungan itu diikuti dengan cepatnya untuk meneruskan sebuah postingan, tanpa tahu isi dan makna yang terkandung di dalamnya. Berbagi tulisan yang belum dibaca dan diketahui sumbernya itulah sebagai penyebab hoaks. Hoaks muncul karena masyarakat ingin menjadi yang pertama menyebar berita. Nafsu untuk menjadi yang pertama itu kemudian berbuah masalah saat berita yang disebar tidak benar. Oleh karena itu verifikasi berita dan atau apa yang kita dapatkan di media sosial menjadi sebuah keniscayaan. Verifikasi itu dapat dilakukan dengan membaca dengan cermat, menelaah apakah berita itu benar atau tidak, dan mencoba untuk tidak langsung menyebar ke orang lain. Niatan untuk mencegah berita tersebar ke orang lain merupakan salah satu pintu masuk mencegah hoaks. Cukuplah berita itu sampai pada jejaring media sosial kita, tidak perlu orang lain tahu. Sikap itu memang tidak mudah di tengah banjir informasi di media. Namun, hal itu perlu dilatih agar kita terhindar dari masalah hoaks. Selain verifikasi yang dilakukan oleh diri sendiri, dukungan kelompok menjadi penting. Artinya, perlu ada usaha bersama mencegah semakin maraknya hoaks. Dukungan kelompok itu tentu muncul dari kesadaran pribadi antihoaks yang kemudian mempunyai keresahan yang sama agar masyarakat terhindar dari permusuhan akibat berita bohong. Kelompok soail inilah yang kemudian mendidik masyarakat agar mereka mau untuk menelaah lebih lanjut tentang informasi yang diterima. Kelompok sosial ini bisa berwujud
doi:10.21831/informasi.v48i2.23210
fatcat:sc6jjomzfrau5bcneokaokdqk4