ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CVL DAN NASA-TLX DI PT. ABC

Renty Anugerah Mahaji Puteri, Zafira Nur Kamilah Sukarna
2017 Spektrum Industri: Jurnal Ilmiah Pengetahuan dan Penerapan Teknik Industri  
Abstrak PT. ABC merupakan perusahaan Jepang yang bergerak di bidang usaha jasa konstruksi mekanikal, elektrikal, dan system komunikasi. Sebagai perusahaan jasa konstruksi, PT. ABC dituntut untuk mencapai tujuan / target perusahaan tiap tahunnya yaitu mendapatkan tender proyek, maka tak jarang karyawannya dituntut untuk lembur. Seringnya karyawan lembur, maka menimbulkan masalah kelelahan terhadap para karyawannya sehingga target tidak tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beban
more » ... erja yang dialami oleh engineer leader pada Departemen DesaindanOperasional di PT. ABC. Beban kerja yang diukur adalah beban kerja fisik dan mental. Beban kerja fisik diukur berdasarkan cardiovascular load (CVL). Beban kerja mental diukur dengan menggunakan metode NASA-Task Load Index (NASA-TLX). Berdasarkan hasil analisis CVL, beban kerja fisik yang diterima engineer proyek memiliki presentase CVL sebesar 31,16%, denganhasilperbaikanmenjadi 23,38%. Sedangkan dari hasil analisis NASA-TLX, beban kerja mental yang diterima engineer proyek yaitu dengan skor NASA-TLX 74,2% denganhasilperbaikanmenjadi 51,6%, sedangkan skor NASA-TLX engineer head office 61,5% denganhasilperbaikanmenjadi 47,66%. Kata Kunci : Beban kerja, Cardiovascular load, NASA-TLX I. PENDAHULUAN PT. ABC merupakan perusahaan Jepang yang bergerak di bidang usaha jasa konstruksi mekanikal, elektrikal, dan sistem komunikasi. Kegiatannya yakni menyediakan jasa keteknikan untuk menujang pembangunan industri di Indonesia. Jasa keteknikan tersebut meliputi desain dan estimasi untuk pembangunan factory (pabrik), hotel & apartement, dan mall, juga operasional pelaksanaan pembangunan di proyek. Di PT. ABC dibagi dalam beberapa departemen, yakni : Departemen Desain dan Operasional, Departemen Quality Control, Departemen Purchasing, Depatemen Finance, dan Departemen HRD. Sebagai perusahaan jasa konstruksi, PT. ABC dituntut untuk mencapai tujuan/ target perusahaan tiap tahunnya yaitu mendapatkan tender proyek. Tingginya pencapaian target proyek di tahun 2014, dengan nilai proyek yang harus dicapai adalah 250 Milyar/ tahun, menuntut departemen desain, yaitu engineer, untuk melakukan pekerjaannya semaksimal mungkin, apalagi untuk para engineer leader. Engineer leader merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap proyek. Maka tak jarang para engineer dituntut untuk lembur. Karyawan PT. ABC memiliki waktu kerja cukup panjang. Namun tingginya target yang harus dicapai untuk mendapatkan proyek tender, tidak sejalan dengan hasil tender yang didapatkan. Dari data departemen Quality Control, pencapaian target proyek tender tahun 2014 kurang dari 250 Milyar. Berdasarkan hasil wawancara dengan engineer leaderterhadap masalah ini di perusahaan, kurangnya pencapaian target disebabkan kelelahan yang dialami oleh engineer leader. Dari gambaran diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah jam kerja berbanding terbalik dengan produktivitas pekerja. Sehingga semakin banyaknya jumlah jam kerja, semakin menurun produktivitasnya. Sebagaimana perusahaan yang umum di Indonesia, tenaga kerja manusia di perusahaan ini harus bekerja selama 8 jam kerja tanpa ditentukan apakah jam kerja mulai jam 7 pagi, 8 atau 9 pagi. Apabila karyawan bekerja lebih dari 8 jam, maka dikatakan lembur. Menurut Pasal 78 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Kepmenakertrans No.
doi:10.12928/si.v15i2.7554 fatcat:f5zzqqclpraypp77mtiuykuno4