ORANG TUA SEBAGAI PEMERAN UTAMA DALAM MENUMBUHKAN RESILIENSI ANAK

Tua Orang, Pameran Sebagai, Ria Utama, Novianti, Ria Novianti, Kata Kunci, Resilisensi, Dan Parenting
2018 Tahun   unpublished
ABSTRAK Kemajuan zaman menawarkan berbagai kemudahan, tapi sekaligus juga berbagai masalah. Berkaitan dengan anak, maka permasalahan yang mungkin muncul dapat berasal dari lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan yang lebih luas. Untuk itu orang tua perlu mempersiapkan anak agar mampu menghadapi berbagai masalah dan hambatan dengan kemampuan bertahan yang baik dan bangkit kembali. Kemampuan ini disebut dengan resiliensi. Untuk membentuk resiliensi tersebut, orang tua perlu berempati,
more » ... nikasi dan bersikap positif pada anak, melatih anak agar dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah, membantu anak bersikap realistis, menumbuhkan kedisiplinan, hingga melibatkan anak dalam berbagai kegiatan sosial. Peran orang tua dalam hal ini sangat penting. Karenanya orang tua tidak lagi bisa sekedar menggunakan cara tradisional dalam mendidik anak, tapi orang tua harus terbuka dengan cara-cara baru yang semuanya bertujuan untuk menumbuhkembangkan resiliensi pada anak. ABSTRACT Progress of the times offers a variety of conveniences, but also various problems. In relation to children, problems may arise from the home, school, and wider environment. For that parents need to prepare children to be able to deal with various problems and obstacles with good survival and resurgence. This ability is called resilience. To shape the resilience, parents need to empathize, communicate and be positive to the child, train children to make decisions and solve problems, help children be realistic, foster discipline, to engage children in various social activities. The role of parents in this case is very important. Therefore parents can no longer simply use traditional ways of educating children, but parents should be open in new ways all aiming to cultivate resilience in children. A. LATAR BELAKANG Setiap orang tua berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Semua doa dan harapan tertuju pada kebahagiaan, keberhasilan dan keselamatan anak. Namun berbagai kondisi dan perubahan yang terjadi di masyarakat memberi warna yang berbeda pada lingkungan di mana anak tumbuh dan berkembang. Sebut saja kemiskinan, kepadatan penduduk, kemajuan teknologi sebagai kondisi yang berkontribusi pada terjadinya perubahan-perubahan. Sejalan dengan perkembangan zaman, anak sejak usia dini harus berhadapan dengan berbagai kondisi yang lebih menantang dan berbahaya. Sebut saja perundungan (bullying) yang sering terjadi di sekolah, persaingan akademis untuk menjadi juara kelas, pengaruh lingkungan yang buruk seperti narkoba dan tawuran, serta pelecehan seksual adalah beberapa contoh tantangan yang harus dihadapi anak di lingkungan sekolah maupun tempat tinggal. Selain itu angka perceraian orang tua yang terus meningkat tentunya juga mempengaruhi perkembangan anak yang mengalaminya. Saat ini banyak orang tua tidak berani melepas anaknya pergi sekolah berjalan kaki atau main sepeda sepulang sekolah karena banyaknya berita penculikan anak atau karena alasan padatnya lalu lintas. Ditambah lagi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang memberikan anak keleluasaan mengakses berbagai informasi yang terkadang belum layak dikonsumsinya. Demikian beragamnya tantangan yang dihadapi anak sehingga mereka membutuhkan kemampuan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Menghadapi kondisi ini, orang tua tidak cukup hanya melindungi anak dengan menyediakan antar jemput sekolah atau menemani setiap aktivitasnya. Anak membutuhkan kemampuannya sendiri agar dapat bertahan dengan baik. Kemampuan ini disebut dengan resiliensi. Menurut Brooks & Goldstein (2001)
fatcat:xg7kw2uatngmpbjgvcgcvk3jmu