KUALITAS PERAIRAN DAN KANDUNGAN MERKURI (Hg) DALAM IKAN PADA TAMBAK EMPANG PARIT DI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN CIASEM-PAMANUKAN, KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN PURWAKARTA, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT

Hendra Gunawan, Chairil Anwar
2008 Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam  
To halt the degradation rate of mangrove forest, the Perum Perhutani have implemented a silvofishery program, namely "Empang Parit". However, this program are not running as it was expected. The loss of mangrove areas in one side and the expansion of pond areas in the other side indicated that the program was not effectively implemented. This condition is very critical, because when mangrove is vanishing, the ecological function will lose. Consequently the productivity of fisheries in general
more » ... ll decrease and the waters and fishes will be contaminated with hazardous pollutants. The objectives of this research were to study the ecological quality of degraded "empang parit" ponds that included (1) the quality of waters, (2) mercury (Hg) content of biota, and (3) mercury (Hg) content of mangrove vegetation. The result showed that the lead (Pb) content and detergent (MBAS) of waters were higher than the treshold for fishery culture. All of eight species of fishes and a species of schrimp in silvofishery pond and all of six species of fishes and a species of schrimp in common tambak (without mangrove) were contaminated with mercury (Hg). However, in general, the concentration of pollutants in silvofishery pond was lower than that of common pond. Although the concentration averages are stil under the treshold, the mercury (Hg) is a non biodegradable heavy metal, so the consumption of this material in a long period will endanger the human health. Mercury content in roost, trunks, leaves, and fruits of Rhizophora mucronata Lam. and Avicennia officinalis Linn. were not detected (less than 0.008 ppb). This could be related with the physiologycal properties and the age of the tree species. ABSTRAK Untuk menekan laju degradasi hutan mangrove, Perum Perhutani telah menerapkan program silvofishery dengan pola empang parit. Dalam perjalanan waktu, program ini tidak berjalan sebagaimana diharapkan yang ditandai semakin mengecilnya proporsi hutan mangrove dan semakin meluasnya tambak. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena menghilangkan fungsi ekologis hutan mangrove dan dapat mengancam produktivitas perikanan secara umum. Salah satu dampak negatif yang dikhawatirkan akibat hilangnya mangrove dari tambak empang parit adalah meningkatnya pencemaran perairan dan terkontaminasinya ikan yang dibudidayakan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kualitas ekologis tambak empang parit yang meliputi : (1) kualitas perairan tambak, (2) kandungan merkuri (Hg) pada biota perairan, dan (3) kandungan merkuri (Hg) pada vegetasi mangrove. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas perairan tambak di wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem-Pamanukan telah menurun yang antara lain ditandai oleh kandungan timbal (Pb) dan deterjen (MBAS) yang telah melebihi ambang batas yang diperbolehkan untuk budidaya perikanan. Dari delapan jenis ikan dan satu jenis udang di tambak bermangrove (empang parit) dan enam jenis ikan dan satu jenis udang tambak tanpa mangrove, semuanya terkontaminasi merkuri (Hg). Secara umum konsentrasi kontaminan merkuri (Hg) pada ikan dan udang di tambak tanpa mangrove lebih tinggi daripada tambak bermangrove. Walaupun rata-rata masih di bawah ambang batas yang dibolehkan, namun karena merkuri (Hg) merupakan logam berat yang berbahaya dan non biodegradeble, maka tidak boleh diabaikan karena dalam jangka panjang dapat menimbulkan
doi:10.20886/jphka.2008.5.1.1-10 fatcat:prhv4l5hgrchhipad3dswr76ji