PENGEMBANGAN APLIKASI WEB GIS CLIENT SIDE DENGAN MODEL HEXSAGONAL GRID UNTUK MENDUKUNG MANAJEMEN BENCANA BANJIR LAHAR DI KABUPATEN SLEMAN

Jumadi, Priyono
2012 Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan   unpublished
ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan aplikasi Web GIS untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam penanggulangan bencana banjir lahar terutama pada tahap tanggap darurat dan pemulihan dari dampak bencana pada infrastruktur di Kabupaten Sleman. Kuesioner dan wawancara semi-terstruktur yang digunakan untuk menginventarisir kebutuhan sistem, ketersediaan data, prosedur kolaborasi, dan evaluasi dari prototype aplikasi yang telah dibuat. Aplikasi yang telah
more » ... un dilengkapi dengan analisis spasial khusus untuk pemilihan lokasi hunian sementara, dan beberapa alat untuk memilih prioritas pada perbaikan infrastruktur menggonakan hexagonal grid model. Hasil evaluasi dari prototype menunjukan bahwa hampir semua responden memberikan penilaian yang baik untuk sistem. 80% dari mereka setuju bahwa aplikasi ini akan sangat berguna. Namun, beberapa saran dan masukan perlu diakomodasi untuk membuat sistem sepenuhnya diimplementasikan dan user friendly. Kata kunci : lahar, manajemen bencana, Web GIS, dan MCDA 1. PENDAHULUAN Letusan terbaru Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 dikatakan oleh pihak berwenang sebagai letusan terbesar sejak 1870-an. Letusan dimulai pada akhir Oktober 2010 dan berlanjut sampai November 2010. Selama periode tersebut, aktivitas Merapi mencapai puncak pada saat aliran piroklastik banyak turun ke daerah penduduk di lereng yang lebih rendah [1]. Hampir 50 ribu orang berada di daerah berisiko tinggi. Sementara itu, 354 orang dari mereka meninggal dan 240 terluka [2]. Setelah itu, banyaknya endapan material di lereng akan dapat menyebabkan terjadinya banjir lahar selama musim penghujan [3]. Merapi menyimpan deposit material yang diperkirakan sekitar 130 juta m3 bisa menjadi potensi ancaman serius bagi masyarakat sekitar [4] untuk setidaknya tiga tahun kemudian [5]. Selain itu, BPPTK mengatakan bahwa lebih dari 70% bahan masih ada di lereng atas Gunung Merapi [6]. Bahkan, ancaman lahar tidak hanya menyebabkan kerusakan selama ratusan pemukiman tetapi juga jumlah jembatan, situs pariwisata, saluran irigasi dan lahan pertanian [7]. Tindakan segera dari berbagai pihak pemangku kepentingan pada manajemen bencana memiliki peran penting untuk mengatasi situasi saat terjadi bencana. Oleh karena itu, mereka membutuhkan data pendukung untuk memudahkan pengambilan keputusan dari berbagai disiplin ilmu [8]. Dalam hal ini, data spasial cukup dapat memfasilitasi manajemen bencana karena hampir semua informasi yang diperlukan dalam penanggulangan bencana mengandung aspek spasial [9]. Namun, umumnya tidak mudah untuk menyediakan data spasial yang handal, terkini, dan akurat untuk keperluan itu [8]. Apalagi posisi Gunung Merapi yang berada di wilayah perbatasan antara dua provinsi (Jawa Tengah dan DIY) serta berada diantara empat Kabupaten (Klaten, Sleman, Boyolali dan Magelang) menyebabkan banyaknya pemda yang harus terlibat. Padahal permasalahan bencana lahar tidak dapat dibatasi secara administratif pemerintahan. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk membangun aplikasi Web GIS (Geographic Information System) yang dapat dipakai sebagai wahana data sharing antar instansi yang terlibat dalam penanganan banjir lahar. Kabupaten Sleman dipilih sebagai lokasi penelitian karena dianggap memiliki infrastruktur data spatial yang lebih baik. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Alat dan Bahan 1. Data spasial , 2. Enterprise Architect 9.2 (versi trial) untuk membuat desain konseptual. 3. Software untuk persiapan data menggunakan ArcGIS 9.3 dan Quantum GIS 1.6.0. 4. Perangkat lunak yang berjalan di server (server-side), yaitu:
fatcat:ih7eimnyfzfstccikp6a326pp4