The Effect of Supplementation of Hydrolyzed Feather and Minerals Organic To Increase Digestibilty of Dry Matter and Organic Matter ration at Cattle

Pengaruh Suplementasi, Hidrolisat Bulu, Ayam Dan, Mineral Organik, Meningkatkan Kecernaan, Bahan Kering, Dan Kecernaan, Bahan Organik, Ransum Sapi, Rezza Kurniawan, Liman, Yusuf Widodo
unpublished
This research aimed to study the effect level of supplementation of hydrolyzed feather and mineral organic on cattle. The experiment was applied in latin square design with three treatment and three replication. The treatments which consisted a: R0= basal ration, R1=basal ration +3% hydrolyzed feather, R2=R1+ macro organic minerals (Ca-organic 0,5%, Mg-organic 0,04) and micro minerals organic (Zn-organic 40 ppm, Cu-organic 10 ppm, Se-organic 0,10 ppm and Cr-organic 0,30 ppm). Analysis of
more » ... e, and countinues with least significant different test at level (P>0,05). The result showed that hydrolyzed feather and combination of mineral organic, the data where had no effecting to digestibility of dry matter and organic matter on cattle. Keyword: hydrolyzed feather,organic minerals PENDAHULUAN Sistem peternakan sapi di Indonesia masih berbasis peternakan rakyat yang umumnya diberi pakan berkualitas rendah dan jumlah hijauan yang tinggi. Penerapan sistem pemberian pakan ini akan mengurangi tingkat kecernaan dalam sistem rumen sehingga produktivitas ternak rendah. Kecernaan zat makanan dipengaruhi oleh komposisi makanan, kondisi hewan, dan faktor pemberian makanan dan kecernaan dinyatakan dengan dasar bahan kering (McDonald et al., 2002). Tingkat kecernaan makanan merupakan hal pokok dalam sistem pencernaan ternak. Kecernaan atau daya cerna merupakan bagian dari nutrien pakan yang tidak diekskresikan dalam feses dan yang diasumsi kan sebagai bagian yang diabsorpsi oleh ternak (Chuzaemi dan Bruchem, 1991). Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan memberikan arti seberapa besar bahan pakan itu mengandung zat-zat makanan yang dapat dicerna dalam saluran pencernaan. Putra (1999) menambahkan bahwa kecernaan nutrien pakan secara in vivo pada ternak ruminansia ditentukan oleh kandungan serat kasar pakan (faktor eksternal) dan aktivitas mikroba rumen (faktor internal), terutama bakteri dan interaksi antara kedua faktor tersebut. Ruminansia mempunyai mikroba rumen yang dapat memanfaatkan ransum berserat kasar tinggi dan rendah protein menjadi ransum yang bernilai gizi tinggi. Kemampuan mikroba tersebut berbeda-beda tiap jenis ruminansia (Afriyanti, 2008). Mikroba rumen membutuhkan asam amino bersulfur (sistin, sistein, dan metionin) sebagai asam amino pembatas yang perlu ditambahkan sebagai prekursor untuk pertumbuhan optimum. Salah satu sumber asam amino bersulfur yang alami adalah hidrolisi bulu ayam karna mengandung asam amino sistein (3.6 g/16 g N) yang tinggi serta sedikit metionin (0.7 g/16 g N) (Cunningham et al, 1994). Selain menggunakan suplai asam amino pembatas, mineral juga diperlukan untuk memacu pertumbuhan mikroba rumen. Bagi ternak ruminansia, mineral selain digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri juga digunakan untuk mendukung dan memasok kebutuhan mikroba rumen. Apabila terjadi defisiensi salah satu mineral maka aktifitas fermentasi mikroba tidak berlangsung
fatcat:pt2htomrrjbkjg4d3fusrrgj34