KONSEP INTEGRASI ILMU DALAM PANDANGAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI

F Nashori
2015 Membangun Paradigma Psikologi Islami   unpublished
The development of science grows rapidly. However, this phenomenon raises a huge impact for Muslims. It has been our behavior that distinguish between Moslem Science and other knowledge. There is a discriminative treatment against the two types of science. Muslims are divided into those who have positive perception of the Islamic sciences, and negative to other, or vice versa. Based on the reality, Al-Faruqi says that there is no other way to raise Islam, except to reassess the culture of
more » ... c scholarship in the past, present and modern scholarship as well, and then process them into scientific to be a mercy to the world through what called "integrated science". From the background, the purposes of this study are 1) To know the concept of science integration Ismail Raji al-Faruqi sight. 2) To know the method implementation of the science integration concept in Ismail Raji al-Faruqi sight. This research uses descriptiveanalysis method. Descriptive method tries to explain the concepts of Ismail Raji al-Faruqi thought about the science integration. While the analysis technique used is a combination among deductive, inductive, and interpretation. Konsep Integrasi Ilmu Syamil, Volume 3 (1), 2015 42 A. Pendahuluan Pada dasarnya ilmu pengetahuan digunakan untuk menjawab atau memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia sehingga dengan majunya ilmu pengetahuan, tingkat kesejahteran hidup manusia akan meningkat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada empat dasarwarsa terakhir banyak diwarnai oleh para filosof baik Barat maupun Timur, telah menjadikan ilmu pengetahuan yang terlalu rasionalistik pada gilirannya menghampakan manusia. 1 Krisis ilmu pengetahuan modern ini telah sampai pada krisis landasan filososifs. Pondasi epistemologi positivisme-rasionalisme yang digunakan ilmu pengetahuan modern sebagai topangan berfikir secara lambat laun tapi pasti telah meniadakan keberadaan nilai terutama nilai agama atau menihilkan keberadaan Tuhan. Hal ini didukung dengan pernyataan bahwa ilmu yang obyektif itu bebas nilai. Dengan istilah yang lain, di tengah-tengah umat manusia sekarang ini adalah krisis spiritualitas. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dominasi rasionalisme, empirisme, dan positivisme, ternyata membawa manusia kepada kehidupan modern di mana sekularisme menjadi mentalitas zaman dan karena itu spiritualisme menjadi suatu tema bagi kehidupan modern. Sayyed Hossein Nasr dalam bukunya, sebagai dikutip Syafiq A. Mughni menyayangkan lahirnya keadaan ini sebagai The Plight Of Modern Man, nestapa orang-orang modern. 2 Banyaknya kajian dan pemikiran integrasi keilmuan dewasa ini yang santer didengungkan oleh kalangan intelektual Muslim di antaranya Sayyed Hossein Nasr, pencetus pertama kali ide Islamisasi sains. Sains Islami menurutnya tidak akan dapat diperoleh kecuali dari intelek yang bersifat Ilahiyah dan bukan akal manusia. Kedudukan intelek di hati, bukan di kepala, karena akal tidak lebih dari pantulan ruhaniyah. Ilmu pengetahuan harus menjadi alat untuk mengakses yang sacral dan ilmu pengetahuan sakral tetap sebagai jalan kestuan utama dengan realitas, dimana kebenaran dan kebagahagiaan disatukan. Sedangkan menurut Naquib al-Attas, bahwa, langkah yang paling efektif dalam melakukan integrasi keilman adalah melalui Islamisasi bahasa. Islamisasi bahasa menurutnya, sesungguhnya telah ditunjukkan oleh Alqur'an sendiri dalam Surat al-"Alaq (96) : 1-5. Kosakata dasar Islam inilah yang meproyeksikan pandangan dunia khas Islami dalam pikiran kaum Muslim. Ziauddin Sardar, mengidentifikasikan cara perumusan epistemologi Islam dengan merumuskan paradigma ilmu pengetahuan, yaitu dengan menitikberatkan pada konsep, prinsip dan nilai Islam penting yang berhubungan dengan pengkajian khusus, selain itu, merumuskan paradigma tingkah laku, dengan jalan menentukann batasan etik dimana para ilmuwan Muslim bisa bekerja secara bebas.
fatcat:hitsi5vtenfyjjtueqenm7ot3y