SATUA I SANGGING LOBANGKARA DALAM TRADISI NYASTRA I Gde Agus Darma Putra
Program Studi, Pendidikan Bahasa, Sastra Agama
unpublished
Hp: 082247546678 ABSTRAK. Makalah ini berisi analisis karya sastra yang disebut Satua. Satua tersebut dilihat berdasarkan konsep nyastra. Nyastra adalah cara meresepsi teks melalui tiga tahap yaitu wirama, wirasa dan wiraga. Satua yang dipilih dalam makalah ini adalah satua I Sangging Lobangkara. Pemilihan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa teks I Sangging Lobangkara menceritakan sosok yang bisa mewakili eksistensi manusia dalam perspektif filosofis, terutama Hinduisme. Pembacaan satua
more »
... I Sangging Lobangkara pada tahapan wirama dan wirasa menghasilkan keterbacaan teks yang koheren, persilangan pikiran serta penerjemahan bahasa dan tanda-tanda. Penokohan dalam satua I Sangging Lobangkara dilakukan dengan tekhnik campuran yakni perpaduan antara tekhnik analitik dan dramatik. Proses wiraga menghasilkan makna universal sesuai dengan hasil bacaan pembaca. Hasil pembacaan dipadukan dengan interteks menunjukkan bahwa I Sangging Lobangkara adalah cerminan manusia beserta sifat-sifatnya. Sifat manusia adalah papa, dan dalam satua I Sangging Lobangkara dituturkan cara pembebasan dari sifat tersebut melalui kisah perjalanan tokoh I Sangging Lobangkara. Kisah perjalanan yang dimaksud dibagi menjadi tiga yakni pertama petualangan ke hutan, petualangan ke laut, terakhir ialah mengetahui hakikat langit dan tidak kembali. KATA KUNCI: Satua I Sangging Lobangkara dan Nyastra STORY OF I SANGGING LOBANGKARA IN NYASTRA TRADITION Abstract. This paper contains an analysis of literary called Satua. The Satua are seen based on the concept of nyastra. Nyastra is a way of perception of text through three stages of wirama, wirasa and wiraga. The satua selected in this paper is satua I Sangging Lobangkara. The election is based on the consideration that the text I Sangging Lobangkara tells a figure that can represent human existence in philosophical perspective, especially Hinduism. The reading of satua I Sangging Lobangkara at the stage of wirama and wirasa resulted in the readability of coherent text, crosses of mind and the translation of language and signs. Characterization in a satua I Sangging Lobangkara done with a mixed technique that is a combination of analytic and dramatic techniques. The process of wiraga produces a universal meaning in accordance with the reader's reading. The reading results are combined with the intertext indicating that I Sangging Lobangkara is a reflection of human being along with its properties. Human nature is papa, and satua I Sangging Lobangkara is told how to liberate from that trait through the story of the I Sangging Lobangkara journey. Travel story is divided into three namely the first adventure into the forest, adventure to the sea, the last is to know the essence of the sky and do not return.
fatcat:pvsautneybcmxaudu2slaociby