MENGHINDAR DARI BIAS

Praktik Trianggulasi, Dan Kesahihan, Riset Kualitatif, Oleh Moh, Zamili
2015 unpublished
A doubtly about the result and process of qualitative research couse vagueness in analysis of measure. As if qualitative research is a "grey methodology" so the relevances between one fact and another fact, data interconnection, even contruction of phenomenon might be otherwise apper a bias. On that reason, trustworthiness criteria, thick description, and triangulation is the answer toward that doubtly. A. Pendahuluan Proses dan hasil riset kualitatif dianggap berkualitas jika peneliti telah
more » ... praktikkan kriteria kesahihan (validity). Mengapa harus valid? Sebab riset kualitatif cenderung dipandang hanyalah kumpulan "obrolan" santai dan tidak terarah, lalu data itu disebut sebagai data wawancara. Selain itu, data-data dokumentasi pun dipandang sekedar "pelengkap" yang tidak sistematis dan tidak memiliki nilai guna, karena peneliti hanya merekam fenomena pada saat ia meneliti. Keraguan lain pun semakin bertambah dengan terkumpulnya data observasi yang diasumsikan sebagai "lihat sana, lihat sini". Kendati riset kualitatif memiliki catatan hasil observasi bernama field note, field map, dan catatan peng-kode-an, bukankah catatan-catatan tersebut tidak jauh berbeda dengan buku harian (diary) yang berisi curhat dan hayalan remaja di sekolah menengah? Keraguan hasil riset kualitatif disebabkan oleh ketidakjelasan dalam hal analysis of measure. Seolah riset kualitatif adalah "metodologi abu-abu" sehingga keterkaitan antarsatu fakta dengan fakta yang lain, hubungan antar data, bahkan konstruksi fenomena sangat mungkin memunculkan bias atau penyimpangan. Oleh karenanya, untuk menjawab bagaimana ukuran dan memastikan kebenaran hasil penelitian, maka peneliti perlu memahami kriteria kesahihan (validity). Adapun kriteria keabsahan atau kualitas penelitian kualitatif sangat
fatcat:4xkaslbzjvfgleklpwvm3abxzi