Jagung Hibrida Genjah: Prospek Pengembangan Menghadapi Perubahan Iklim
Muhammad Azrai, Balai Penelitian, Tanaman Serealia, Jl Ratulangi, No, Sulawesi Selatan
2013
unpublished
Early Maturing Hybrid Maize: Its Prospect to Anticipate Climate Changes. Global climate changes threaten the sustainability of maize production and maize consumption. Early maturing, high yielding hybrid maize varieties could be used as an adaptive measure to the climate changes. The national breeding program had released two hybrid varieties, Bima 7 and Bima 8, with yield potential of more than 10 t/ha and matures in 90 days after planting. The breeding research at ICERI is supported by the
more »
... ecular techniques. Using the SSR markers showed that 24 combinations of drought tolerant inbred lines and 15 combinations of acid-tolerant inbred lines produced high level of heterosis (>75%). These inbred line combinations could be potentially developed into superior hybrids with early maturity. Three ICERI elite inbred lines of yellow grain color and tolerant to downy mildew had been top crossed by using 41 inbred lines of white grain color, super-early maturing, tolerant to drought and high temperature, obtained from CIMMYT-Kenya outreach program. This activity is part of the joint research between CIMMYT and some maize-producing countries in Asia to develop super early maturing hybrid maize, tolerant to drought. By utilizing molecular marker techniques as a tool for selection, it is expected that within the next 3-4 years, this research collaboration could result an early maturing maize tolerant to drought, high temperature and downy mildew disease. Thus, breeding research to develop early maturing hybrid maize could be the solution to anticipate the climate changes. ABSTRAK Perubahan iklim global merupakan salah satu ancaman keberlanjutan produksi jagung nasional. Sebagai langkah antisipasi diperlukan varietas jagung hibrida unggul umur genjah adaptif pada kondisi perubahan iklim tersebut sangat diperlukan. Dari hasil pemuliaan, telah dilepas jagung hibrida varietas Bima 7 dan Bima 8 dengan potensi hasil masing-masing 12,1 t/ha dan 11,7 t/ha pipilan kering dengan umur panen <90 hari. Kegiatan penelitian terus berlanjut untuk menghasilkan jagung hibrida yang lebih unggul. Hasil penelitian dengan marka SSR telah teridentifikasi 24 pasang galur toleran kekeringan dan 15 pasang galur toleran lahan masam dengan tingkat heterosis tinggi (> 75%). Pasangan galur-galur terebut berpotensi menjadi varietas hibrida unggul baru berumur genjah. Selain itu, terdapat tiga galur elit berwarna kuning asal Balitsereal tahan penyakit bulai yaitu Nei9008, G180, dan Mr14, disilangkan dengan 41 galur jagung warna putih umur super genjah, toleran kekeringan dan suhu tinggi asal CIMMYT-Kenya. Kegiatan ini merupakan bagian jalinan kerja sama perakitan jagung hibrida super genjah toleran kekeringan antara CIMMYT dengan beberapa negara penghasil jagung di Asia, yaitu Indonesia, Thailand, India, Filipina, Vietnam dan China. Dengan memanfaatkan teknik marka molekuler sebagai alat bantu seleksi, diharapkan dalam waktu 3-4 tahun ke depan dapat dihasilkan jagung super genjah toleran kekeringan, suhu tinggi, dan tahan penyakit bulai. Dengan demikian, kegiatan penelitian jagung hibrida ultra genjah, super genjah, dan genjah merupakan salah satu solusi untuk mempertahankan swasembada jagung. Kata kunci: Jagung hibrida, umur genjah, adaptif, perubahan iklim.
fatcat:66ncpqgj6vdsrazyamgfn2gvau