Usaha Tani dan Tataniaga Kumis Kucing di Kampung Ciwaluh dan Kampung Lengkong, Kabupaten Bogor Farm Management and Market Chains of Java Tea Plant at Ciwaluh Village and Lengkong Vilage, Bogor Regency

Ikm Manajemen, Februari
2018 unpublished
ABSTRAK Petani produsen biofarmaka kumis kucing tidak dapat mengandalkan budi daya tanaman ini sebagai penghasilan utama. Penelitian ini bertujuan memahami permasalahan dalam pemasaran kumis kucing sejak dari perkebunan di Kampung Ciwaluh dan Kampung Lengkong sampai ke rantai pemasaran terakhir.Metode penelitian yang digunakan adalah kuesioner deskriptif, analisis biaya usaha tani dan pendekatan rantai pemasaran.Hasil analisis biaya usaha tani per 1.000 m 2 menunjukkan bahwa petani di Kampung
more » ... ngkong mendapatkan keuntungan baru di tahun kedua Rp294.000 untuk terna basah dan Rp774.000 untuk terna kering. Petani Kampung Ciwaluh pada tahun pertama sudah mendapat keuntungan, jika menjual dalam bentuk kering Rp399.000. Di tahun kedua hingga kelima petani mendapat keuntungan Rp294.000 untuk penjualan terna basah dan Rp1.494.000 untuk penjualan terna kering. Margin rantai pemasaran menunjukkan perbedaan harga di tingkat produsen dan konsumen tidak terlalu jauh. Margin pemasaran di Kampung Ciwaluh 50,36% dan Kampung Lengkong 58,36%. Margin keuntungan petani sekitar 80%, tertinggi diantara semua pelaku tataniaga kumis kucing di wilayah ini. Hasil analisis ini menunjukkan saluran pemasaran sudah efisien namun tidak menguntungkan petani, tidak memiliki kekuatan dalam menentukan harga jual dan tidak ada pilihan pasar. Untuk itu harus ada bantuan kepada petani kumis kucing untuk memperbaiki pemasaran. Kata kunci: kumis kucing, pemasaran, tataniaga ABSTRACT Farmer of cat's whisker medicinal plant is unable to rely on cultivation of this plant as main income. The study aims to understand the problems in the marketing of cat's whiskers from plantations in Ciwaluh Village and Lengkong Village to the last marketing chain. The research methodology used is descriptive questionnaire, cost analysis of farming and marketing chain approach. The result of farm cost analysis per 1.000 m 2 shows that farmers in Lengkong Village in the first year have not gained profit. The farmers receive it in the second to fifth year of Rp294.000 for fresh leaves and Rp774.000 for dried leaves.. While farmers Ciwaluh Village in the first year has been benefitedof Rp399,000 if it sells the dried leaves. In the 2nd to 5th year the farmers receive a profit of Rp294.000 for sales of fresh leaves and Rp1.494.000 for dried leaves. Based on the marketing chain margin approach shows that price differences at producer and consumer level are similar. Its worth 50.36% in Ciwaluh Village and 58.36% in Lengkong Village. The profit margin of farmers is about 80%, the highest among thesesupply chain agents. The analysis shows that marketing channels are efficient but not beneficial to farmers, they have no power in determining the selling price and there is no market option. For that there must be assistance to cat's whiskers farmers to improve marketing.
fatcat:bkyzqwyzxzclbnsjr4dohhfspq