THE RESPONSE OF BITOT'S SPOT COMMUNITY VITAMIN A DEFICIENCY CONTROL PROGRAMMES IN NEPAL AMONG CHILDREN AGED 6-120 MONTHS
Tilden, R.L., Pokhrel, G.P, Gorstein, J, Pokhrel, R.P, West, K., Sommer, A
2014
Gizi Indonesia
ABSTRAK Tujuan dari studi adalah untuk mereview karakteristik dan faktor risiko untuk kasus Bitot's spot yang tidak memberikan respon terhadap terapi yang dilakukan pada saat diagnosis dan juga pada saat pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi yang dilakukan enam bulan sekali. Faktor risiko ini dibandingkan juga dengan kasus bitot's spot yang sebelumnya diidentifikasi di tempat pelayanan kesehatan. Anak-anak yang terdaftar pada Nepal Vitamin A Child Survival Project diperiksa setiap tahun.
more »
... sis dilakukan dengan membandingkan anak-anak dengan bitot's spot pada saat data dasar yang selanjutnya dipisahkan antara yang memberikan respon dan yang tidak memberikan respon terhadap terapi yang dilakukan, serta memperhatikan karakteristik menurut individu, rumahtangga, dan masyarakat. Analisis dilakukan dengan dua cara bivariate (chi square and ttest) dan multivariate (stepwise logistic regression). Dijumpai 62% anak dengan bitot's spot pada saat data dasar yang diperiksa 12 bulan setelah mendapat terapi kapsul vitamin A dan juga yang mendapat kapsul vitamin A dua kali setahun. Ditemukan faktor yang berpengaruh pada kasus bitot's spot yang tidak memberikan respon terhadap terapi vitamin A mempunyai karateristik pada umumnya laki-laki, kurus, tidak mendapat kapsul vitamin A yang didistribusi di tingkat masyarakat, dan bagian mata yang terkena bitot's spot (tempotal and nasal quadrant vs temporal alone). Untuk karakteristik tingkat masyarakat, kasus bitot's spot yang tidak memberi respon terhadap terapi kapsul vitamin A pada umumnya kasus yang tidak tinggal dalam lokasi studi, tinggal di wilayah dataran rendah, dan terutama di Kabupaten Parsa. Faktor risiko yang paling berpengaruh bervariasi berdasarkan tempat tinggal dan umur. Untuk anak yang tinggal di daerah pegunungan, kurang gizi (menurut BB/U) merupakan faktor risiko yang cukup signifikan. Untuk anak yang tinggal di dataran rendah, faktor risiko yang berpengaruh adalah cara intervensi, lokasi bitot's spot, jenis kelamin, lingkar lengan atas, dan mendapat kapsul sedikitnya dua kali. Untuk anak kurang dari 60 bulan faktor risiko yang terpenting adalah lokasi bitot's spot di mata, sedangkan untuk anak 60-120 bulan faktor risiko yang terpenting adalah tidak mendapat kapsul di lokasi studi, jenis kelamin, umur, ketebalan kulit, lingkar lengan atas, tinggi badan, berat badan menurut tinggi badan dan menerima kapsul kurang dari dua kali. Studi ini juga membenarkan faktor risiko berkaitan dengan kasus bitot's spot yang tidak memberikan respon terhadap terapi kapsul vitamin A di pelayanan kesehatan di Indonesia terjadi juga pada pelayanan yang dilakukan langsung ke masyarakat. Studi yang dilakukan di tempat pelayanan kesehatan di Indonesia menunjukkan 25% dari anak penderita bitot's spot tidak memberikan respon terhadap terapi yang diberikan. Sedangkan di Nepal, dari studi ini menunjukkan lebih dari 35% kasus bitot's spot tidak memberikan respon terhadap terapi yang diberikan melalui disitribusi kapsul vitamin A di masyarakat. Studi ini tidak menunjukkan bahwa umur merupakan faktor yang berpengaruh untuk tidak memberikan respon, yang ditunjukkan adalah untuk kelompok umur tertentu faktor risikonya yang berbeda, dimana anak yang lebih muda lokasi bitot's spot pada mata menentukan akan memberikan respon atau tidak terhadap terapi yang diberikan, sedangkan untuk anak yang lebih tua faktornya adalah status gizi dan juga dosis vitamin A.
doi:10.36457/gizindo.v27i2.3
fatcat:wtf5ef7uezhx3kh4sejv3y4z64